Rangkuman Biografi Zinedine Zidane_Rizka Ambar Wigati
Biografi
Zinedine Zidane
Rizka
Ambar Wigati
Pokok-pokok
isi rangkuman biografi :
1. Zidane
lahir pada 23 Juni 1972 di La Castellane, sebuah kawasan di bagian utara kota
Marseille.
2. Layakrnya
bocah dibawah usia 7 tahun, Zidane kecil juga harus masuk sekolah umum.
3. Di
Septemes Sport Olympiquis, Zidane mengikuti seleksi pemain untuk liga Perancis
yunior.
4. Bintang
Zidane sendiri mulai bersinar saat ia dipercaya memperkuat skuad Timnas
Perancis dikualifikasi piala dunia 1994.
5. Puncak
kesuksesan Zidane terjadi di even Piala Dunia 1998 yang digelar di Perancis.
6. Kesuksesan
Zidane di Piala Dunia 1998 hanyalah awal dari sederetan kisah manis lainnya.
7. Berhasil
meraih kesuksesan di Piala Eropa, Zidane semakin diburu klub-klub kaya.
8. Ada awal ada akhir.
Zidane lahir pada 23 Juni 1972 di La
Castellane, sebuah kawasan di bagian utara kota Marseille. Pria bernama lengkap
Zinedine Yazid Zidane itu adalah anak bungsu dari lima bersaudara pasangan
Ismail dan Malika. Orang tua Zidane adalah imigran asal Aljazair. Keadaan
negara yang tidak menentu memaksakan Ismail dan Malika meninggalkan Taguemoune,
kampung halaman meraka di Aljazair. Seperti halnya nasib para imigran lainnya,
mereka hidup dibawah tekanan sosial dan ekonomi.mereka sering mendapatkan
perlakuan kurang manusiawi dari penduduk mayoritas. Terlebih, keluarga Zidane
adalah Muslim.sebagai warga minoritas, Zidane sekeluarga mengalami masa-masa
sulit. Mereka dipanggil beurs, bahasa slang Perancis untuk menyebut
warga keturunan Arab. Meski hidup dibawah tekanan, mereka tak pernah putus asa.
Mereka terus melangkah demi meraih cita-cita. Ismail dan Malika selalu
menasehati anak-anaknya agar terus bekerja keras dan harus bisa hidup mandiri.
Pernah suatu hari Zidane diejek oleh warga mayoritas lantaran berwajah Arab. Mendengar
ejekan itu, Zidane menangis dan melaporkannya pada sang ayah. Bukannya membenci
si pengejek, Ismail justru menasehati Zidane agar tidak sakit hati. Hati Zidane
yang polos mengamini nasehat sang ayah. Dalam diri Zidane tertanam perasaan
untuk tidak melakukan tindak rasisme. Sifat Zidane ini membuat Zidane tumbuh
sebagai sosok yang penyayang. Beberapa tetangga dekat Zidane mengaku tidak
pernah melihat Zidane bertengkar dengan penduduk pribumi apalagi warga imigran,
Zidane lebih senang diam sembari bersepeda atau bermain bola. Zidane kecil
biasa dipanggil Yazid yang berarti kejayaan. Sudah menjadi bakat alam, Zidane
tidak pernah bosan menendang dan menggiring bola.selain itu, bersama
tetangganya Zidane sering balapan lari dan bersepeda. Meski berkali-kali terjatuh,
tak membuat Zidane jera. Dia selalu mencoba terus sampai berhasil. Seperti kebanyakan
orang di Perancis, Zidane juga hobi menyaksikan pertandingan sepak bola. Yang
paling ditunggu-tunggu Zidane adalah saat para pemain memperagakan teknik
bermain bola yang indah. Setiap teknik baru yang memukau, Zidane selalu
mengingatnya. Usai melihat pertandingan, Zidane berlari ke luar rumah untuk
meniru apa yang baru dilihatnya.
Layakrnya bocah dibawah usia 7
tahun, Zidane kecil juga harus masuk sekolah umum.Meski tidak menyukai dunia
akademis, Zidane mengamini Permintaan orangtuanya. Lantaran terlalu sering
bermain bola,prestasi akademik Zidane tidak berjalan lurus. Waktu yang harusnya
digunakan untuk belajar justru dimanfaatkan untuk bermain bola. tak heran,
banyak pekerjaan rumah yang terabaikan. Waktu yang disukai Zidane disekolah
hanyalah jam olahraga. Jika teman-temanya suka bermain basket atau voli, Zidane
tetap bermain bola. Banyak guru pun yang mengakui terpukau melihat teknik bola
yang di lakukan Zidane. Seiring berjalannya waktu, Ismail dan Malika yakin
bahwa anak bungsunya itu tak akan sukses dalam bidang akademik. Meski sempat
gamang, Ismail dan Malika mendaftarkan Zidan ke sebuah sekolah sepak bola.adalah
klub kecil berjullukan US Saint-Henri Club yang menjadi tempat bagi Zidane
untuk menimba ilmu. Saat itu Zidane berusia 10 tahun. Semenjak masuk ke sekolah
sepak bola, Zidane tak pernah berhanti berlatih. Akibat terlalu ngoyo bermain
bola, Zidane pun sering mengalami cidra engsel. Beruntung Zidane memiliki ibu
seperti Malika yang setia merawatnya.
Di Septemes Sport Olympiquis, Zidane
mengikuti seleksi pemain untuk liga Perancis yunior. Saat itu usia Zidane masih
14 tahun. Ia diharuskan untuk meninggalkan kampung halamannya. Gayung bersambut
saat keluarga Zidane mengamini kepergian sang anak ke Septemes Sport
Olympiquis. Suatu hari, awal tahun 1988, Jean Varraud, pencari bakat dari klub
Devisi I Perancis, Canness, melihat kemampuan Zidane. Zidane yang polos tak
menyia-nyiakan kesempatan ini. Saat itu juga Zidane memasuki dunia
profesional.Zidane mulai bermain di Liga Profesional diusia 17 tahun. Debut
pertamanya di Liga profesional dimulai pada 18 Mei 1989. Saat itu Cannes melawan Nantes. Meski Zidane tidak
mencetakan gol, namun Zidane dapat mempertahankan dengan skor akhir 1-1.
Bersama klub barunya di Liga Perancis, Zidane siap meraih kesuksesan. Prediksi
alain Pedretty ternyata tidak meleset. Akhir musim 1991/1992 , klub bersar
Girondins deBordaeux tertarik memboyong Zidane. Di klub yang sama, lantaran
sering berbeda Visi, Zidane tidak bisa akrab dengan Youri Djorkaeff. Keduanya
kerapsering menyindir disaat latihan. Beruntung Cristopher Dugarry mampu
membesarkan hati Zidane disaat sedih. Nasehat Cristopher Dugarry diamini oleh
Zidane. Pihak manajemen berjanji akan melepas Zidane jika ada klub besar yang
bersedia membelinya.
Bintang Zidane
sendiri mulai bersinar saat ia dipercaya memperkuat skuad Timnas Perancis
dikualifikasi piala dunia 1994. Semenjak itu gelandang gaek Youri mengalami
cedras erius. Sebagai gantinya, dibutuhkan pemain baru bertalenta tinggi. 17
Agustus adalah debut pertama Zidane dipentas dunia. Saat itu Perancis malawan
Kesebelasan Republik Ceko. Sebagai pendatang baru, Zidane dibangku cadangan di
babak pertama. Saat pertandingan memasuki babak ke dua menit ke 70, sang
pelatih Aimi Jacquet meninta Zidane untuk merumput. Di luar dugaan, Zidane
dapat mencetak 2 gol kegawang lawan. Prestasi ini pula yang membuat beberapa
mantan Pemain Timnas Perancis yakin bintang Zidan akan segera bersinar. Bersama
Juventus, Zidane yakin karirnya akan menuju puncak. Semakin tinggi pohon,
semakin besar pula angin yang menerpanya. Zidane dianggap sebagai biangkerok
atas kekalahan Juventus pada Lida Chapmion 2000. Zidane disoraki para penggemar
Juventus di Bandara Turin. Zidan dianggap berdosa karena diusir wasit tatkala
mendapat kartu merah karena membuat Jockhen cidra.
Puncak kesuksesan Zidane terjadi di
even Piala Dunia 1998 yang digelar di Perancis. Kesuksesan Zidane di Timnas
Perancis membuat situasi di Perancis berubah total. Jika dulu kebanyakan warga
Perancis antipati dengan para imigran, namun tidak setelah Perancis mendapat
juarapada Piala Dunia 1998. Mereka seakan lupa dengan perbedaan warna kulit, setatus sosial dan politik.
Kesuksesan Zidane di Piala Dunia
1998 hanyalah awal dari sederetan kisah manis lainnya. Berkat Zidane, Perancis
dapat menyandingkan Piala Eropa dan Piala Dunia selain Jerman. Selepas Piala
Eropa 2000, karir Zidane semakin bersinar. Mereka yakin Zidane akan segera
lengser seperti halnya para pendahulu-nya.
Berhasil meraih kesuksesan di Piala
Eropa, Zidane semakin diburu klub-klub kaya. Janji Zidane tak hanya kata-kata.
Publik dibuat terbelalak saat Zidane membawa Real Madrid menjuarai Liga Chapion
2002 dengan mengalahkan wakil Jerman dengan skor 2-1. Yang lebih fantastik, gol
penentu Madrid diciptakan oleh sang maestro dengan tendangan voli kaki kiri yang mulus ke gawang lawan.
Zidane dianggap pahlawan yang patut dihormati. Agustus 2002, Zidane membawa Real
Madrid menjuarai European Super Cupdi Manako setelah mengalahkan Feyenoord
dengan skor akhir3 -1.
Ada awal ada akhir. Ada jumpa ada
berpisah. Demikian juga dengan sang maestro. Sudah saatnya Zidan Undur diri.
Persis seperti yang ia rencanakan, karir Zidane ditutup di Real Madrid. Sejak
bergabung pada Juli 2001, Zidane mengaku kerasan tinggal di Madrid. Ia tak lagipernah pindah klubsampai akhirnya harus gantung
sepatu. Sayang, detik-detik kepindahan Zidane tidak berlangsung menyenangkan. semenjak
Real Madrid membeli bintang kelas atas seperti David Beckham, Real Madrid
justru kedodoran. Real Madrid tidak mempunyai irama pemain yang jelas.
Senioritas yang tinggi masing-masing pemain menghambat Zidane untuk
mengembangkan permainan. Alhasil Real Madrid untuk ketiga kalinya
berturut-turut tidak memenangi satu turnamen pun di setiap musim. Ini merupakan
catatan terburuk klub ini dalam kurun waktu 50 tahun. Di kancah liga champion,
Real Madrid gagal setelah di bentuk Arenal. Zidane merasa bersalah karena tidak memberi satu
tropi punkepada Real Madrid. Predikatnya sebagai pemain termahal tidak ditutup dengan
adegan yang membahagiakan. Namun Zidane mengaku tidak punya pilihan lain. Sudah
tak lagi muda, Zidane benar-benar memutuskan untuk gantung sepatu. Ia
mantapakan mundur dari Timnas Perancis Piala Dunia di Jerman 2006.
Komentar
Posting Komentar