Resensi Novel_Resensator Rizka Ambar Wigati
Durhakakah
aku
Rizka Ambar Wigati
Judul : Ibuku Tak Menyimpan Surga di Telapak Kakinya
Pengarang : Triani Retno A
Tahun : Oktober 2012
Penerbit : DIVA Press
Dimensi : 14 x 20cm
Tebal : 334 hlm
ISBN : 9786027663480
Triani
Retno A., lahir di Bandung, 24 Desember. Alumns SMAN 3 Bandung dan JIP Fikom
Universitas Padjadjaran, Bandung. Menetap di Bandung dan bekerja sebagai
penulis dan editor lepas. Sejak cerpen pertamanya dimuat di majalah Aneka Yess kala masih kuliah di Fikom
Unpad Bandung, ia semakin rajin menulis. Kini ratusancerpennya telah dimuat di
majalah, tabloid, dan koran. Belasan novel dan buku nonfiksinya terbit di
berbagai penerbit. Selain itu, tulisanya pun ada dalam belasan antologi, serta
ia sering mengikuti lomba menulis dan beberapa kali menjadi pemenang.
Amelia
adalah gadis cantik yang tinggal pada kota metropolitan, tepatnya pada gang
kecil, gang Satibi. Gang yang kumuh, sesak, padat dan sering diperdebatkan oleh
para pejabat. Amelia tinggal bersama ibu dan bapaknya. Amelia merupakan tulang
punggung keluarganya dan ia juga harus membiayai kuliahnya sendiri, karena
ayahnya yang tidak bekerja lagi yang dikarenakan pensiun dini, dan ibunya yang
dulu sebagai pembantu rumah tangga namun sudah berhenti karena lelah dan ingin
Amelia saja yang bekerja hitung-hitung bayar hutang padanya atas semua
pemberiannya selama ini kepada Amelia. Amelia bekerja pada perusahaan peternakan,
ia sebagai staf kecil. Ia juga mengikuti perkuliahan. Pada pagi hari sampai
sore Amelia bekerja pada perusahaan tersebut, sedangkan malamnya ia kuliah.
Amelia mengambil kuliah jam malam karena situasi yang memaksa. Ibu Amelia
selalu melarang Amelia bekerja, namun
ibu Amelia juga selalu berkata bahwa Amelia harus membayar semua kasih
sayangnya itu dengan uang yang banyak. Apabila Amelia tidak memberi uang,
ibunya langsung memarahinya dengan nada-nada yang mengiris telinganya. Bukan
hanya di rumah saja Amelia mendapat kata-kata yang menyakitkan, di
perusahaannya itu pun Amelia selalu mendapatkan hal itu oleh atasannya, mungkin
dikarenakan oleh keirian atasannya itu karena Amelia merupakan gadis cantik,
cerdas dan cekatan. Suatu saat ibunya berusaha akan menjodohkan Amelia dengan
seorang pemabuk yang kaya serta gila dengan wanita, namun Amelia menolaknya.
Ibunya terus memaksa. Ibunya berkata bahwa penjodohan ini sangat menguntungkan,
karena akan menghasilkan uang yang banyak. Namun Amelia tetap menolak, dan
ibunya lagi-lagi mencacinya ddengan kata-kata yang mengiris telinga Amelia. Amelia tak tahan dengan caci-maki dari
ibunya, dan Amelia takut dibunuh ibunya karena tidak menuruti keinginannya.
Amelia kabur dari rumahnya itu, Amelia pergi ke kontrakan sahabatnya. Amelia
dan sahabatnya suka berkunjung ke panti asuhan. Amelia dan sahabatnya sangat
akrab dengan bunda pengurus panti tersebut. Amelia dan sahabatnya suka
berbincang-bincang dengannya. Dan tidak sengaja perbincangan tersebut menjadi
ajang curhat Amelia. Sahabatnya menceritakan semua perilaku ibunya Amelia
terhadap Amelia kepada bunda panti asuhan bahwa ibu Amelia selalu menyiksa
Amelia, memaki dengan kalimat-kalimat yang menyakiti hatinya, selalu menganggap
kasih sayang yang dulu itu adalah hutang yang tiada batas danharis di bayar
dengan uang yang banyak, serta selalu menyesal karena dulu Amelia tidak dibunuh
saja, dan sekarang Amelia kabur dari rumah karena akan dijodohkan dengan
seorang pemabuk kayaraya namun Amelia menolaknya dan ibunya mengancam akan
membunuhnya.. Amelia pun bertanya, dosakah ia, durhakakah ia karena tidak
menuruti keinginan ibunya, dan apakah ibunya masih menyimpan surga di telapak
kakinya. Bunda panti hanya bisa mengelap air mata yang menghujani pipi Amelia.
Lama kemudian persembunyiannya itu telah diketahui oleh ibunya. Karena
ketakutan atas amarah ibunya, Amelia berusaha kabur lagi ke rumah pamannya di
surabaya. Disana Amelia bertnya-tanya pada pamannya, Amelia penasaran kenapa ia
selalu di caci-maki oleh ibunya, bahkan ketika ia kecil, Amelia sering di
pukuli oleh ibunya, di siram minyak panas, badannya di goresi pisau, bahkan
ibunya sering berkata menyesal mengapa dulu Amelia tidak di bunuh saja, dan
Amelia pun bingung kenapa kakak-kakaknya meninggal dan hilang dengan berita
yang tidak jelas. Pamannya bingung untuk menjawab pertanyaan Amelia itu, karena
pamannya juga kurang tau mengenai hal itu. Lagi-lagi Amelia pergi, Amelia pergi
membeli rumah kontrakan dengan pembayaran menyicil. Lagi-lagi persembunyiannya
di ketahui lagi oleh ibunya, dan Amelia kabur meninggalkan rumah cicilannya
itu. Berapa tahun kemudian Amelia mendapat berita duka bagwa ibunya telah gila
karena telah membunuh pria pemabuk itu karena hutangnya yang semakin
membengkak, dan bapaknya meninggal karena serangan jantung yang disebabkan oleh
kejadian itu. Amelia mengunjungi ibunya yang sedang dirantai dan teriak-teriak
dengan mengatakan kata-kata kutukan anak durhaka, bangsat, brengsek, hutang lu
harus dibayar. Amelia hanya bisa menangis meligat dan mendengar semua itu.
Meskipun Amelia sekarang tinggal di Singapura,
Amelia tetap membiayai seluruh pengobatan ibunya itu.
Penulis
sangat kreatif dalam membuat sebuah alur cerita, sehingga membuat seolah-olah
pembaca merasakan posisi yang di rasakan tokoh tersebut. Kisah yang dituangkan
ini dapat menjadi cerminan yang sangat baik bagi para pembaca.
penegn beli, bukunya tapi di mana...
BalasHapusNovelnya dapet minjem dr temen,, cari aja di toko buku,, mudah2'n aja ada..
BalasHapus